“Pak, kata dokter anxie saya ini karena pikiran owk, ada depresi, ada stress masa lalu yang teradaptasi yang kemudian muncul saat ini. Sekarang aku harus minum obat penenang agar bisa beraktifitas harian, kalau nggak pasti kacau kegiatanku pak…pikiranku kemana mana, perasaan juga gak karuan.”
Perkataan di atas sering saya dengar saat menemui teman teman yang sakit gerd dengan tingkat kecemasan tinggi.
Pertanyaannya, benarkah anxie tersebut muncul dari stress masa lalu yang teradaptasi dan baru meledak sekarang??
Ataukah ada hal lain yang menjadi penyebabnya sehingga kecemasan tersebut terus menerus terasa selama hampir 24 jam non stop?
Bagi orang yang belum mengalami kondisi anxietas (kecemasan) pasti kesulitan memahami rasa horor tersebut. Suatu rasa dimana seolah pikiran dan hati saling terlepas, tidak bisa menyatu. Kesadaran diri menurun, bahkan sering ada momen seperti tidak sadar, seperti hidup di alam yang berbeda. Tidak ada waktu sedetikpun untuk istirahat, pikiran dan perasaan terus berlarian liar, gelisah, panik, ketakutan, mencemaskan apapun tanpa sebab.
Bahkan meski dalam kondisi tidur pikiranpun tetap jalan, sehingga sering mimpi, mimpi buruk, mimpi kematian, atau mimpi bertemu orang orang yang sudah mati. Mengerikan bukan? Sangat capek dan stress menjalani kehidupan seperti itu, apalagi jika tidak ada orang orang terdekat yang ikut mendukung dan menyemangati untuk sembuh.
Masyarakat yang tidak paham pasti akan menganggap mereka stress, lebay, baperan, depresi atau yang lainnya. Mereka yang sakitpun banyak yang tidak paham dan menganggap benar bahwa mereka stress atau depresi. Sehingga kemudian sebagian dari penderita gerd ini secara harian sangat tergantung dengan obat-obat penenang tanpa ada upaya memperbaiki pencernaannya.
Sebagian lainnya lari ke tukang ruqyah, atau ke dukun, paranormal, “orang pinter”. Atau ke berbagai terapi terapi psikologis seperti hipnoterapi, SEFT dll. Apakah terbantu? Ya mungkin sedikit terbantu, namun pasti tidak bisa sembuh total, akan ada sensasi yg menetap, sebab masalah utamanya belum di bereskan. Akan sering kumat lagi di waktu mendatang.
Padahal yang sebenarnya mereka bukan sedang stress lho, bukan pulak sakit pikiran, hanya ada kerusakan di pencernaan yang mengakibatlan kondisi psikis mereka terganggu. Seandainya mereka fokus dengan upaya memperbaiki pencernaan, lalu pencernaan beres, semua keluhan psikologis tersebut juga akan beres owk, insyaAllah.
Apalagi jika energi spiritualnya mampu ditingkatkan dengan melakukan pertaubatan nasuha atas dosa dosa dimasa lalu dan kemudian hatinya bisa tulus mengembalikan semua urusannya kepada Allah, maka proses perbaikannya akan semakin meningkat.
Karena memang saya mengamati pada penderita gerd dengan karakter dan sisi spiritual yang bagus, bisa lebih cepat membaik.
Tubuh kita BUKAN seperti mesin. Kita bukan seperti motor yang jika motor tersebut macet karena karburatornya rusak maka dibawa ke bengkel, diperbaiki karburatornya saja, setelah karburator baik lalu dipasang lagi, sehingga motor bisa sehat, bisa nyala kembali….jreeengg !!
Manusia diciptakan dari pertemuan dua mani yang kemudian bersatu di rahim, lalu tumbuh berkembang hingga menjadi manusia dewasa. Semua organ tubuh kita tumbuh membesar bersamaan, semuanya saling terkait saling terhubung. Bahkan jiwa dan perasaanpun terhubung erat dengan fisik badan kita.
Maka manusia adalah mahkluk holistik, kesehatan tubuhnya terhubung dengan kesehatan pikiran dan perasaannya. Jika ada masalah dengan salah satu organ tubuhnya maka sebenarnya sudah ada masalah juga dengan organ yang lainnya.
Semisal ada orang mengeluhkan sakit pada paru parunya. Mungkin memang ada penyakit pada paru paru, ada peradangan barangkali, atau tumor, atau malah kanker. Namun karena tubuh kita holistik, saling terhubung, maka pasti sebenarnya semua organ yang lainpun sudah bermasalah. Bahkan pikiran dan perasaan diapun sudah bermasalah.
Maka bagaimana solusi penyembuhannya?
Apakah hanya memperbaiki paru-parunya saja?
Ya nggak lah. Meski seolah hanya paru paru yang sakit, sebenarnya semua sudah sakit. Seluruh organ tubuh sudah sakit, bahkan pikiran dan perasaan pun sebenarnya sedang menurun kualitasnya. Metabolisme tubuh secara general sudah bermasalah, maka solusinya adalah memperbaiki sumber masalah utamanya yaitu memperbaiki kerja sistem metabolisme tubuh.
Dengan apa?
Yang utama adalah dengan merubah total pola makannya (dengan tetap menjaga pola hidup sehat dan pola pikir positif). Sebab tubuh kita diberikan Allah kemampuan untuk melakukan auto healing, yang akan bekerja dengan baik salah satunya dengan memberi tubuh asupan makanan yang sehat.
Tindakan ini tentunya berbeda dengan yang dilakukan medis kedokteran. Jika dilihat dari cara pandang kesehatan medis konvensional, pasien pasti akan dirujuk kepada dokter spesialis paru paru untuk penanganannya. Dokter spesialis paru-paru akan melakukan pemeriksaan paru paru, melakukan rontgen, USG, CT-Scan atau tindakan lainnya. Akan diberikan juga suntikan dan berbagai obat kimia untuk mengatasi sakit paru parunya.
Sehingga jika dirasa paru paru sudah membaik maka pasien dikatakan sudah sembuh, sudah sehat. Meski sebenarnya efek lain dari pemakaian obat obatan kimia tersebut telah memperberat kerja tubuh, terutama organ ginjal dan hati.
Tentunya semua ada kelebihan dan kekurangannya. Pengobatan alami relatif aman dan mengangkat akar masalahnya, namun sangat pelan dan lama prosesnya. Pengobatan medis lebih cepat “sembuh” dengan resiko terpapar kimia ditubuh.
Pilihan ada di tangan pasien sendiri, butuh kebijaksanaan untuk memilih yang terbaik bagi kesehatan tubuhnya sendiri.
Baca Selanjutnya : Puasa Untuk Penderita GERD